Petualangan Marco Giampaolo di Serie B Italia

Petualangan Marco Giampaolo di Serie B Italia – Empoli Football Club merupakan suatu klub sepak bola Italia yang dibuat pada tahun 1920. Berpangkalan di Empoli, Toscana klub ini memainkan perlombaan kandangnya di Stadion Carlo Castellani yang berkapasitas 19. 847 pemirsa.

Petualangan Marco Giampaolo di Serie B Italia

ascolipicchio – Sebentuk mereka bercorak biru- putih. Sampai masa ini, Empoli sudah ikut serta dalam 79 kompetisi nasional dengan 50 masa di bagian ketiga, 19 di Serie B, serta 10 di Serie A

Dikutip dari gentlemanultra, Empoli berasal saat sebelum dasawarsa 1980- an kala mereka sanggup mendobrak Serie B. Pada tahun 1986, mereka tampak luar biasa selaku Ini adalah klub dari kota kecil yang memasang iklan di Serie A.

mereka sukses menaklukkan Inter Milan dengan angka 1- 0 dalam debutnya. tertolong dengan ganjaran penurunan nilai buat Udinese sebesar 9 nilai, Mereka aman dari demosi dengan akuisisi cuma 23 nilai serta 13 goal scored in 30 perlombaan. Empoli sendiri dihukum penurunan 5 nilai masa selanjutnya, serta terdegradasi.

Sehabis itu mereka turun ke Seri C1. Mereka kembali ke Serie B pada 1996, serta Serie A pada 1997. Dibawah ajaran Luciano Spalletti, Empoli finish pada posisi 12, meski terdegradasi lagi masa selanjutnya. Empoli advertensi lagi ke Serie A pada 2002. Pada advertensi selanjutnya tahun 2005, mereka finish di antrean 10.

Baca juga : Coppa Italia Kualifikasi Atalanta, Serie B

Sesungguhnya mereka berkuasa tampak di Piala UEFA sebab permasalahan pengaturan angka oleh sebagian klub di atasnya, namun urung karena tidak memiliki sertifikat UEFA. Masa selanjutnya, dengan instruktur Luigi Cagni, mereka terkini dapat tampak di piala UEFA. Empoli men catat debut bersejarahnya di kancah Eropa dengan melawan FC Zurich, serta takluk hasil akumulasi 4–2.

Bellinzona merupakan kota kuno yang mengasyikkan. Terdapat Di kaki gunung Alpen Swiss, Bellinzona dikelilingi oleh kastil masa Romawi yang dibentuk buat jadi tembok penjaga.

Di kota ini, durasi semacam beranjak lebih lelet. Walaupun posisinya penting dengan cara geografis, Bellinzona tidak sempat betul- betul jadi pusat peradaban. Hingga, beliau juga jadi tempat yang sesuai buat bersembunyi.

Akhir September 2013 kemudian, Brescia digegerkan dengan menghilangnya instruktur mereka, Marco Giampaolo. Satu hari sehabis dikalahkan Crotone dalam perlombaan Serie B, mereka mengalami si instruktur telah tidak lagi terletak di kota itu.

3 hari lamanya Giampaolo lenyap sampai- sampai pada perlombaan selanjutnya melawan Carpi letaknya wajib digantikan buat sedangkan oleh si asisten, Fabio Micarelli. Pencarian juga dicoba hingga kesimpulannya Giampaolo ditemui oleh adiknya, Federico, di Bellinzona.

Giampaolo memiliki alibi kokoh buat angkat kaki ke Bellinzona. Ia lahir serta besar di situ saat sebelum kembali ke Italia buat mempelajari karir sepak bola. Di tempatnya dilahirkan itu Giampaolo berupaya mencari bantuan sebab dikala itu kariernya telah menggapai titik jarang.

Tekanan mental disebut- sebut selaku momok terbanyak Giampaolo serta perihal itu telah ia berpenyakitan semenjak saat sebelum menukangi Brescia. Walaupun begitu, laki- laki kelahiran 1967 itu bersikukuh kalau ia serius saja. Giampaolo juga kala itu mengatakan kalau apa yang terjalin antara dirinya serta Brescia hanya kesalahpahaman.

Menyusul kejadian itu, Giampaolo kesimpulannya dihentikan. Satu tahun setelah itu kemudian ia kembali ke bumi kepelatihan dengan menyambut pinangan Cremonese. Semenjak seperti itu Giampaolo kembali menciptakan jalur memanjat yang membawanya ke Milan.

10 tahun kemudian, kala ditanya oleh badan alat pertanyaan siapa instruktur yang sesuai jadi Fabio Capello terkini, sang pemilik julukan mengatakan,” Salah satu wujud sangat menarik yang terdapat dikala ini merupakan instruktur Siena, Marco Giampaolo.”

Percakapan Capello itu ialah suatu pengakuan besar untuk Giampaolo yang kala itu sedang pantas masuk jenis anak bawang di bumi kepelatihan. Pada titik itu, Giampaolo terkini 2 masa melatih di Serie A.

Pada masa pertamanya, 2006 atau 07, ia apalagi wajib dihentikan di tengah jalur oleh atasan Cagliari, Massimo Cellino. Kemudian, pada masa 2007 atau 08, Giampaolo diyakini lagi melatih Cagliari namun dihentikan pada awal- awal masa. Satu tahun berjarak, kemudian ia diyakini menanggulangi Siena.

Sebentar, tidak terdapat yang istimewa dari pendapatan Giampaolo bersama Siena. Pada akhir masa 2008 atau 09, Siena hanya sanggup finis di antrean 14 Serie A. Hendak namun, untuk Giampaolo serta Siena, memo itu memiliki maksud berarti. Finis di antrean ke- 14 Serie A ialah hasil paling tinggi Siena selaku suatu klub dan Giampaolo selaku seseorang instruktur.

Hasil itu kesimpulannya membuat julukan Giampaolo marak diperbincangkan. Ia disebut- sebut jadi calon kokoh instruktur anyar Juventus yang kala itu finis di tingkatan 2. Tetapi, apa yang digadang- gadang tidak sempat terkabul. Juventus dikala itu malah memilah buat menaikkan Ciro Ferrara, sedangkan Giampaolo kesimpulannya dipinang oleh Catania yang finis satu setrip di dasar Siena.

Kekalahan alih ke Juventus itu setelah itu mengakibatkan dampak domino. Semenjak itu hingga dihentikan Brescia mulanya, Giampaolo kandas membuktikan keahlian terbaiknya. Saat sebelum kejadian di Brescia itu, ia pula luang dihentikan oleh Cesena sehabis mengetuai klub dalam sebagian perlombaan saja. Apa yang terjalin di Brescia mulanya juga membuat banyak orang berkesimpulan kalau Giampaolo sudah lesu saat sebelum bertumbuh.

Sesungguhnya, bukan hanya banyak orang yang berasumsi begitu. Giampaolo sendiri apalagi luang memikirkan buat menyingkir seluruhnya dari bumi sepak bola. Hendak namun, ajuan dari Cremonese pada masa 2014 atau 15 mengganti segalanya. Di situlah Giampaolo kembali menciptakan sentuhannya.

Semusim di Cremonese, Giampaolo kembali ke Serie A buat memoles Empoli. Untuk Giampaolo, melatih regu asal Toscana itu bukan masalah mudah. Karena, mereka terkini saja dibiarkan Maurizio Sarri serta beberapa pemeran bintang berbagai Daniele Rugani, Mirko Valdifiori, dan Elseid Hysaj. Tetapi, tanpa pemain- pemain itu, Giampaolo malah sanggup bawa Azzurri berprestasi lebih bagus lagi.

Pada akhir masa 2015 atau 16, Empoli dibawa Giampaolo finis di antrean 10 klasemen Serie A. Pendapatan itu lalu bawa dirinya ke Sampdoria. Peluang buat jadi instruktur maksimum sekali lagi mendatangi dirinya serta perihal itu tidak ia sia- siakan.

Kala Empoli ajaran Giampaolo finis di tingkatan 10 Serie A, Sampdoria terbenam di tingkatan ke- 15. Kemudian, sepanjang 3 masa selanjutnya, di dasar ajaran Giampaolo mereka memberhentikan masa di tingkatan 11, 10, serta 9.

Kesuksesan finis di antrean ke- 9 itu ialah hasil paling tinggi Giampaolo selaku seseorang allenatore. Untuk Sampdoria, itu ialah tempat finis paling tinggi mereka semenjak memberhentikan masa di antrean ke- 4 pada masa 2009 atau 10.

Sebentar, lagi- lagi, hasil Giampaolo bersama Sampdoria tidak nampak sangat bergengsi. Perkaranya, finis di tingkatan 9 pula tidak dapat bawa klub asal Genova itu lulus ke pertandingan antarklub Eropa. Tetapi, butuh dicatat kalau tiap tahunnya Sampdoria senantiasa kehabisan pemeran harapan, mulai dari Milan Skriniar hingga Lucas Torreira, dari Emiliano Viviano hingga Duvan Zapata.

Itu maksudnya, terdapat aspek lain yang membuat Sampdoria senantiasa dapat tidak berubah- ubah serta aspek itu, tidak lain, merupakan sistem game Giampaolo. Pemeran tiba serta berangkat namun Sampdoria tidak sempat mengganti metode main. Dengan suasana begitu juga mereka mampu buat dengan cara tidak berubah- ubah membenarkan tingkatan di tiap musimnya.

Dalam diri Giampaolo, Milan memperoleh seseorang instruktur yang memiliki daya buat menaruh alas game buat waktu jauh. Rekrutmen ini juga searah dengan visi manajemen Milan yang memanglah tidak tergesa- gesa mau lekas kembali ke habitatnya di barisan golongan atas. Ada pula, penunjukan Giampaolo ini ialah amanat langsung dari Ketua Berolahraga Paolo Maldini.

Dalam statment yang diserahkan Mei kemudian, CEO Milan Ivan Gazidis menerangkan kalau grupnya telah berniat buat melalaikan seluruh kesuksesan era dulu sekali dalam durasi dekat ini.

” Visi Elliott( asosiasi owner Milan, red) telah nyata. Ialah, mengenyahkan bobot keuangan Milan serta membimbing mereka kembali ke jalur yang betul supaya dapat bertumbuh jadi klub modern,” tutur Gazidis pada La Gazzetta dello Gerak badan.

” Elliott serupa sekali tidak sempat memastikan batasan durasi. Kita tidak memiliki batas waktu serta saya tidak hendak membuat akad yang tidak dapat dipadati.”

” Mereka yang mencari pesulap ataupun raja minyak tidak hendak menciptakannya di mari. Telah sangat banyak khayalan serta dusta. Tidak bisa terdapat lagi janji- janji muluk yang tidak dapat ditepati,” tambahnya.

Giampaolo, selaku seseorang ahli memberi pelajaran, sesuai dengan visi ini. Apa yang dikerjakannya bersama Sampdoria meyakinkan kalau ia memiliki keahlian buat membuat bukti diri regu. Inilah yang diperlukan Milan. Akal sehat yang sepanjang ini mereka maanfaatkan buat membuat kesuksesan dibalik 180 bagian.

Dalam 2 thn terakhir Milan belanja jutaan euro buat mendatangkan pemeran. Tetapi, pemain- pemain itu jadi percuma sebab tidak terdapat sistem yang nyata dari para instruktur. Saat ini, Rossoneri mau membenahi dahulu sistemnya saat sebelum menaburkan duit di pasar uang memindahkan.

Di dasar Giampaolo esok, Milan mungkin besar hendak main dalam aturan 4- 3- 1- 2 semacam perihalnya Sampdoria. Aturan ini amat menuntut ketertiban taktikal bagus dalam bertahan ataupun melanda. Kala bertahan, Giampaolo senantiasa menuntut kanak- kanak asuhnya buat melindungi wujud. Kala melanda, ketepatan memancing serta intelek beranjak merupakan kuncinya.

Dengan aturan begitu, terdapat mungkin sebagian pemeran Milan yang terdapat dikala ini wajib ambil kaki, spesialnya para pemeran kapak. Samu Castillejo serta Diego Laxalt, misalnya, dikabarkan akan dilepas. Selaku gantinya, Milan dikala ini disebut- sebut tengah mengincar Torreira dari Arsenal. Walaupun terkini merambah langkah dini, telah nampak intensitas Milan buat membandingkan diri dengan style sepak bola instruktur barunya.

Untuk Milan, Giampaolo merupakan instruktur dapat dipercaya awal yang mereka punya semenjak Massimiliano Allegri. Dapat dipercaya dari bidang keahlian, pastinya, sebab Giampaolo sendiri belum memiliki beker apa- apa selaku instruktur. Oleh karenanya, ia merupakan wujud pas buat Milan dikala ini serta para tifosi bisa berambisi banyak dari dirinya.

Saya sudah cukup sering ke Italia utara di musim dingin untuk mengetahui bahwa itu menjadi korban gionata piovosa (hujan harian) sebanyak Inggris pada bulan Februari. Janji perjalanan – dan Italia – masih bisa menimbulkan kekecewaan ketika seseorang tiba dalam cuaca yang lebih buruk daripada yang ditinggalkan di Heathrow.

Begitulah yang terjadi pada akhir pekan yang cukup basah di Tuscany. Saya bertemu teman saya Claus, yang menjalankan situs web perjalanan sepak bola berbahasa Denmark VisitFootball.dk , di Florence. Kami berada di awal perjalanan yang dimulai dengan pertandingan Jumat malam di Empoli, Sabtu sore di Perugia, kemudian mengganti kode ke bola oval pada hari Minggu di Stadio Olimpico di Roma untuk Italia melawan Inggris di Enam Negara.

Dengan Fiorentina pergi di Bologna pada hari Minggu – menjengkelkan, bentrok dengan pertandingan Italia v Inggris, dan bahkan lebih menjengkelkan, tidak dikonfirmasi hingga Januari – kami memilih Empoli v Palermo, yang ternyata menjadi pertandingan puncak klasemen di Serie B.

Empoli hanya berjarak 20 km di sebelah barat Florence. Kota ini terletak kira-kira berjarak sama antara Firenze dan Pisa, tetapi tidak memiliki ketenaran atau landmark kota-kota itu, jadi Anda akan dimaafkan karena mengabaikannya. Kami mengguncang di sore hari dan membeli tiket kami dari toko klub di alun-alun.

Chloe Beresford, sesama kontributor Gentleman Ultra yang merekam podcast dengan saya di groundhopping di Italia , dengan ramah menghubungkan saya di Twitter dengan pemegang tiket musiman Empoli, Francesco, yang saya rencanakan untuk bertemu di Tribuna Maratona di Stadio Carlo Castellani.

Castellani adalah stadion komunal klasik Italia: dua tribun utama, dua kurva terbuka di kedua ujungnya, dan trek atletik yang memisahkan penonton dari lapangan. Saya langsung merasa betah di antara syal biru dan putih: Saya adalah pendukung Queens Park Rangers yang sudah lama menonton klub papan atas terdekatnya, Brighton & Hove Albion, lebih banyak lagi saat ini.

Untungnya, bahasa Inggris Francesco lebih baik daripada bahasa Italia saya. Dia memanggil kami ke tribun dengan para ultras Empoli, memperkenalkan kami pada beberapa. Pertandingan ini ditayangkan di TV dan tifosi paling animasi Empoli berada di depan dan tengah di tribun bawah Tribuna Maratona, di seberang kamera TV, bukan di tikungan di belakang gawang.

Hal yang sama tidak dapat dikatakan untuk sekitar 150 penggemar yang berdedikasi di Palermo di kurva terbuka di sebelah kiri kami. Di lampu sorot, hujan mengingatkan saya pada musim hujan ketika saya dulu bekerja di Singapura, melayang di seprai. Para penggemar ini telah meninggalkan Sisilia yang sejuk dan kering selama satu malam dalam badai ini.

Sekitar 5.147 jiwa telah menantang elemen. Tahun lalu, ketika Empoli berada di Serie A – finis ketiga terbawah, satu tempat di atas Palermo yang juga terdegradasi – rata-rata gerbang hampir 9.500, yang masih jauh dari kapasitas 16.000 Castellani.

Para pendukung Empoli cukup bersemangat dari awal hingga akhir, dibantu oleh aliran gol reguler: dua di babak pertama, dua di babak kedua, skor akhir 4-0 dengan hat-trick untuk Francesco Caputo. Skor tersebut tidak adil bagi Palermo, yang memiliki peluang tetapi digagalkan oleh penyelesaian yang buruk dan penjagaan yang sangat baik dari kiper pinjaman Milan, Gabriel. Empoli memainkan beberapa hal hebat di geladak. Saya yakin Brian Clough akan menyetujuinya.

Baca juga : Kerja Peneliti Baseball Liga Utama

Apa yang saya suka berada di antara ultras Empoli adalah mereka ramah: ada anak-anak di sana, wanita yang lebih tua, lagu-lagunya terutama mendukung dan – selain perlakuan mantan bek Empoli Giuseppe Bellusci – cukup tenang. Lagu-lagu mereka cukup mudah untuk diambil – “A-zzu-rro! A-zzu-rro! ” misalnya – dan mereka membawakan lagu “Volare” yang sangat bagus menjelang akhir. Sebuah lagu yang dipopulerkan, tentu saja, oleh orang Amerika keturunan Italia, Dean Martin.

Asumsi saya bahwa Fiorentina akan menjadi saingan besar Empoli – menjadi yang terdekat – terbukti tidak benar. Menurut Francesco, itu Pisa dan Siena yang paling ingin dikalahkan oleh fans the Blues. Ini adalah loyalitas regional historis daripada sepak bola yang mendorong persaingan ini, dan Florence adalah sekutunya.

Hujan tidak berhenti, begitu pula nyanyian atau pengibaran bendera. Penggemar lama Palermo yang malang – mereka telah menempuh jarak sejauh itu untuk menyaksikan kekalahan telak dalam angin yang menggigit dan hujan musim dingin yang tiada henti. Kami menyelinap di peluit akhir untuk kembali ke Florence, tetapi untuk pengalaman pertama di Serie B, itu adalah malam yang cukup bagus.

Related Post